KOTABARU, GK – Kepala Stasiun Meteorologi Gusti Syamsir Alam Kotabaru, Erik Handono, mengungkapkan tantangan besar dalam memprediksi cuaca di wilayah Kotabaru. Kondisi geografis yang kompleks menjadi kendala utama, namun teknologi canggih terus dimanfaatkan untuk mengatasi hambatan tersebut.
“Kotabaru memiliki karakteristik wilayah yang terdiri atas gunung, bukit, lembah, dan posisinya yang berada di pulau dan pesisir laut. Hal ini mengakibatkan faktor lokal yang sangat kuat dalam memengaruhi perubahan cuaca yang terjadi. Ini membuat prediksi cuaca menjadi lebih menantang,” ujar Erik saat berbicara di ruang kerjanya, Rabu (22/1/2025).
Cuaca ekstrem yang sering terjadi di Kotabaru tak lepas dari pengaruh kondisi geografis wilayah ini. Erik menjelaskan bahwa BMKG Kotabaru terus bekerja keras untuk memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada masyarakat.
Dalam operasionalnya, BMKG Kotabaru mengandalkan teknologi canggih seperti Automatic Weather Observing System (AWOS) untuk mendukung informasi cuaca penerbangan. Selain itu, mereka menggunakan Automatic Weather Station (AWS) Maritim di PPI untuk memantau cuaca maritim, AWS di Stagen untuk memantau perubahan cuaca darat, serta pemantauan partikulat udara (PM 2.5) guna mengawasi kualitas udara di Kotabaru.
BMKG Kotabaru juga menggunakan satelit cuaca dan radar cuaca dengan pembaruan data setiap 10 menit. “Kami beroperasi selama 24 jam untuk memantau kondisi cuaca dan akan menginformasikan perubahan cuaca signifikan berupa informasi peringatan dini yang langsung disebarkan kepada masyarakat melalui media sosial,” tambah Erik.
Menyikapi ancaman cuaca ekstrem, Erik mengimbau masyarakat untuk lebih waspada. “Masyarakat harus lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan dapat melihat peringatan dini cuaca dan informasi cuaca lainnya yang dapat diakses di media sosial kami. Dalam situasi darurat, segera berkoordinasi dengan pihak yang berwenang dalam melakukan mitigasi,” tegasnya.
Perubahan iklim turut menjadi perhatian serius. Erik menjelaskan bahwa perubahan iklim telah menggeser pola cuaca di Indonesia. “Perubahan iklim ini berdampak signifikan, bulan-bulan yang biasanya hujan kini bisa mengalami kekeringan, dan sebaliknya,” ungkapnya.
Untuk beberapa hari ke depan, BMKG Kotabaru memprediksi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan melanda wilayah Kotabaru hingga 25 Januari 2025. Sementara pada 26 dan 27 Januari 2025, hujan ringan diperkirakan terjadi.
“Kami terus mengupdate informasi cuaca harian, mingguan, dan bulanan secara berkala melalui berbagai platform agar masyarakat lebih waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem,” pungkas Erik Handono.